Menikmati Metamorfosa Distrik Pecinan Semarang di Bawah Paparan Sinar Rembulan


Loading...
Seingatku, wilayah Pecinan (tempat permukiman orang China/Tionghoa) Semarang, Jawa Tengah, dahulu adalah pusat perdagangan emas, kain dan bahan kebutuhan pokok. Tak sedikit bangunan seperti toko sarat ornamen khas masyarakat Tionghoa berderet kokoh di wilayah ini. Sama seperti Pasar Johar, kegiatan perniagaan di wilayah ini selalu ramai.

Pamornya sebagai pusat perniagaan emas sudah kadung tersohor ke seluruh penjuru Kota Lumpia. Tak ayal, wilayah ini jadi jujukan masyarakat lokal ketika hendak membeli emas. Hal sama juga berlaku untuk perniagaan kain dan bahan kebutuhan pokok.

Daerah Pecinan Semarang bermuara di sepanjang Jalan KH Wahid Hasyim (dulu namanya Jalan Kranggan), Gang Warung, Jalan Beteng, Gang Belakang, Gang Tengah, Gang Pinggir, Gang Besar, Gang Gambiran, Jalan Wot Gandul, Gang Lombok, Gang Baru, Jalan Plampitan dan menyebar hingga ke Jalan Pemuda serta Jalan Gajah Mada.

Sembari menggulirkan roda perekonomian, orang China/Tionghoa yang bermukim di kawasan jalan tersebut hidup tentram berdampingan dengan orang Arab yang banyak bermukim di daerah Pekojan bersama warga pribumi. Lokasi permukiman orang China/Tionghoa hanya berjarak lebih kurang 1 kilometer dari kawasan Simpang Lima dan lebih kurang 1 kilometer dari Pasar Johar.

Dengan letak geografisnya yang demikian strategis, tak ayal bila aktivitas perniagaan di wilayah tersebut begitu dinamis. Bahkan, sejak dulu Jalan Gajah Mada dan Jalan Pemuda sudah menjadi pusat perekonomian Kota Lumpia. Perkantoran perniagaan, Bank dan Super Market, bertengger kokoh di sepanjang dua jalan tersebut.

Belakangan, mulai muncul hotel-hotel baru di kawasan Jalan Gajahmada dan Jalan Pemuda. Bahkan ada juga beberapa hotel yang dibangun di lokasi yang tak jauh dari gerbang-gerbang terdepan distrik Pecinan Semarang. Tengok saja Hotel Semesta yang berdiri mewah di sebelah utara Jalan KH Wahid Hasyim dan Quest Hotel di Jalan Plampitan.

Dahulu, menyusuri kawasan pecinan merupakan mimpi buruk. Bagaimana tidak? Kawasan itu begitu padat oleh aktifikas perdagangan. Ditambah lagi oleh pekatnya polusi udara yang keluar tak terkendali dari knalpot mobil pengangkut barang serta truk-truk berbahan bakar solar. Atmosfir Semarang yang panas terasa bertambah panas berkali lipat.

Bahkan, sampai sekarang. Pada pagi hingga petang, atmosfir seperti itu terasa semakin pekat. Maklum, geliat roda perekonomian di kawasan Pecinan Semarang makin cepat berputar. Itu terindikasi dari makin padatnya tingkat lalu lalang kendaraan pengangkut.

Kendaraan roda empat apalagi beroda lebih dari empat tak akan bisa melenggang bebas. Lalu lintas bertambah semrawut lantaran banyaknya mobil dan truk yang diparkir bebas di tepi-tepi jalan. Badan jalan di kawasan pecinan yang notabene sempit makin susah untuk dilalui. Laju merayap adalah satu-satunya pilihan bagi pengemudi ketika menyusuri jalan-jalan di distrik Pecinan Semarang.

Namun, aktivitas perniagaan berangsur reda begitu matahari mulai mendekati garis benamnya. Jalanan perlahan namun pasti, pun jadi lengan. Seperempat terakhir penghujung malam, kawasan Pecinan Semarang dapat dipastikan akan jadi sunyi. Semua bangunan tertutup rapat. Fasilitas lampu penerangan, pun minim. Akan menjadi pengalaman yang menakutkan jika memaksakan diri menyusuri jalan-jalan di distrik Pecinan Semarang saat sendirian, pun bersama beberapa orang.

Tapi itu dahulu kala, jauh sebelum tahun 2005. Kini, kawasan Pecinan Semarang selalu bermetamorfosa pada setiap malam-malamnya. Distrik itu berubah menjadi sebuah distrik yang begitu genit, menggoda setiap orang untuk mengunjunginya. Bagaimana tidak, lampu hias yang dipajang dan digantung di hampir seluruh bangunan toko sekaligus tempat tinggal warga setempat di Gang Warung, terlihat begitu merona.

Bak jamur di musim penghujan. Tenda portabel warna-warni dipasang di hampir sepanjang bahu dan tepi jalan Gang Warung. Sementara, pemiliknya menawarkan berbagai sajian kuliner dengan kualitas rasa yang tidak mengecewakan. Pengunjung dibiarkan bebas memilih tempat untuk menikmati beragam menu kuliner di bawah paparan sinar rembulan.

Begitu menjejakkan langkah di Gapura Gang Warung, bukan polusi udara lagi yang tercium, melainkan aroma cita rasa beragam kuliner yang menyergap lubang hidung tanpa permisi. Tak perlu dilawan. Cari saja sumber dari salah satu aroma yang sesuai selera. Beragam menu satai, mulai dari satai ayam hingga satai kambing, tersedia di tempat itu. Lumpia khas semarang juga ada.

Jangan berhenti di situ. Petualangan kuliner menikmati metamorfosa kawasan Pecinan Semarang masih bisa dilanjutkan hingga tengah malam. Beragam kuliner lain terlalu sayang untuk dilewatkan. Telusuri saja kawasan Gang Warung (kini lebih populer disebut Kampung Semawis) sepanjang lebih kurang 800 meter itu. Anda bakal menemukan beragam nasi yang begitu menggiurkan untuk mengisi kekosongan menu makan malam.

Rasakan sensasi nasi ayam khas semarang (ini cara membuat nasi ayam khas Semarang ini rahasianya). Di dalam menu itu, Anda bisa mendapatkan beragam sayur sekaligus. Seperti namanya, gong dari sajian kuliner ini adalah ayam. Tapi, bukan ayam goreng, melainkan daging ayam yang diolah memakai bumbu opor (bumbu yang terdiri dari santan dan beragam rempah). Dijamin, rasa gurih begitu melekat pada sajian kuliner tersebut.

Menu itu disajikan hangat dengan sambal goreng sebagai salah satu jenis sayur pelengkapnya. Sensasi rasa gurih sayur opor berpadu serasi dengan cita rasa gurih dan pedas yang menonjol pada sayur sambal goreng. Selain lumpia, sepertinya agenda wisata kuliner ke Semarang belum sempurna bila belum mencicipi nasi ayam khas Semarang.

Pilihan lain ada nasi gudeg koyor, beragam menu berbahan mi/kwetiau (resep kwetiau goreng sederhana saus tiram serta resep kwetiau goreng spesial pedas sederhana) dan nasi campur khas Tionghoa. Beragam jajanan atau makanan ringan juga tersedia, seperti bubur sumsum, bubur kacang hijau dan siomay (ini resep somay ayam spesial atau ingin mencoba resep somay ikan plus sayur udang menggoda selera).

Puas mengenyangkan perut, godaan kuliner di distrik Pecinan Semarang, pun belum berakhir. Beragam minuman masih saja begitu genit menggoda selera. Tak berlebihan rasanya jika petuangan menikmati metamorfosa distrik Pecinan Semarang di bawah paparan sinar rembulan harus terus dilanjutkan, demi untuk mencicipi salah satu saja menu yang menjanjikan kesegaran.

Mulai dari es campur hingga es teler tersaji di beberapa warung tenda. Jika masih tahan dengan godaan kedua menu es tersebut, sepertinya Anda tak akan bisa menolak sensasi es yang satu ini. Es ini yang paling populer di kawasan Pecinan Semarang. Adalah "Es Puter Conglik". Terkait es campur, Anda juga bisa mencoba resep es campur spesial segar menyehatkan.

Tak seperti es puter pada umumnya, es conglik punya kekhasan tersendiri. Kekhasan itu dapat dideteksi dari kombinasi bahan yang ada pada es tersebut. Pembeli dibebaskan memilih bahan apa yang mau dikombinasikan sebagai pelengkap minum es puter. Mulai dari acar cina, daging kelapa muda hingga alpukat, bebas dipilih. Dan sepertinya, sensasi puncak cita rasa kuliner bergenre es bakal Anda temukan pada menu tersebut.

Jika masih ingin lebih dalam mengeksplorasi, sebenarnya masih ada banyak sajian kuliner lain di distrik Pecinan Semarang. Tapi, Anda juga harus hati-hati dan teliti dalam memilih kuliner di distrik ini. Sebab, beberapa sajian kuliner mengandung bahan-bahan yang haram dimakan oleh umat muslim. Oleh sebab itu, akan lebih bijak jika Anda menanyakan terlebih dahulu kepada penjual mengenai hal tersebut sebelum membeli.
Loading...

loading...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel