Terlanjur Jadi Bagian dari Gaya Hidup Zaman Now, Tak Disangka Hal Ini Justru Jadi "Pintu" Perceraian
Dec 8, 2017
Loading...
Di zaman sekarang atau istilah kerennya kerap disebut zaman now, siapa yang tak kenal dengan sosial media. Tiap orang bisa jadi memiliki lebih dari satu akun sosial media.
Tak heran jika sosial media sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Tak pandang usia, tua hingga muda menggunakan media ini untuk saling bersosialisasi.
Dalam perkembangannya, tentu saja sosial media memberikan dampak bagi para penggunanya. Banyak yang menganggap dampak positifnya lebih banyak. Namun, tak sedikit pula yang justru menganggap bahwa lebih banyak dampak negatifnya ketimbang positifnya.
Lantas, Anda termasuk yang mana? Terlepas dari kontroversi tersebut, sepertinya semuanya bergantung pada motifnya.
Jika motifnya positif, kemungkinan media sosial akan berdampak baik untuk kehidupan. Tapi sebaliknya, jika motifnya negatif, tentu kemungkinan media sosial juga akan berdampak buruk.
Dilansir dari Pikiran Rakyat, sebuah kasus yang pernah ditangani Douglas Kepanis, seorang pengacara New York, Amerika Serikat ini mungkin bisa dijadikan sebagai pelajaran. Suatu hari ia pernah menangani kasus perceraian akibat salah satu di antara sepasang suami-istri mengalami kecanduan sosial media.
Kasus itu bermula ketika salah satu pasangan me-like sebuah unggahan akun Facebook seseorang. Setelah itu, mulailah merambah ke obrolan yang sarat akan unsur seksual, hingga terjadi pertemuan antara keduanya. Dan hal itulah yang memicu pertengkaran pasangan suami-istri ini.
Menurut Douglas, sosial media bisa menjadi salah satu pemicu retaknya hubungan rumah tangga hingga berujung pada perceraian. Dari sosial media itu juga seseorang berpotensi melakukan perselingkuhan dengan orang lain.
Tak heran jika sosial media sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Tak pandang usia, tua hingga muda menggunakan media ini untuk saling bersosialisasi.
Dalam perkembangannya, tentu saja sosial media memberikan dampak bagi para penggunanya. Banyak yang menganggap dampak positifnya lebih banyak. Namun, tak sedikit pula yang justru menganggap bahwa lebih banyak dampak negatifnya ketimbang positifnya.
Lantas, Anda termasuk yang mana? Terlepas dari kontroversi tersebut, sepertinya semuanya bergantung pada motifnya.
Jika motifnya positif, kemungkinan media sosial akan berdampak baik untuk kehidupan. Tapi sebaliknya, jika motifnya negatif, tentu kemungkinan media sosial juga akan berdampak buruk.
Dilansir dari Pikiran Rakyat, sebuah kasus yang pernah ditangani Douglas Kepanis, seorang pengacara New York, Amerika Serikat ini mungkin bisa dijadikan sebagai pelajaran. Suatu hari ia pernah menangani kasus perceraian akibat salah satu di antara sepasang suami-istri mengalami kecanduan sosial media.
Kasus itu bermula ketika salah satu pasangan me-like sebuah unggahan akun Facebook seseorang. Setelah itu, mulailah merambah ke obrolan yang sarat akan unsur seksual, hingga terjadi pertemuan antara keduanya. Dan hal itulah yang memicu pertengkaran pasangan suami-istri ini.
Menurut Douglas, sosial media bisa menjadi salah satu pemicu retaknya hubungan rumah tangga hingga berujung pada perceraian. Dari sosial media itu juga seseorang berpotensi melakukan perselingkuhan dengan orang lain.
Loading...
loading...