5 Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang Menggemparkan Jagat
Apr 24, 2019
Add Comment
Loading...
Syekh Abdul Qodir al-Jailani diyakini oleh banyak umat Muslim sebagai rajanya para wali Allah. Ia adalah pendiri tarekat Qadariyah terbesar sejagat.
Pusara beliau terletak dalam kompleks di kawasan niaga uzur Al-Rasyid, jantung Ibu Kota Baghdad, Irak. Berbentuk segi empat, kompleks itu berada di atas lahan yang cukup luas yang dikelilingi tembok-tembok berlubang setinggi 5 meter.
Ada sejumlah pintu masak, termasuk gerbang utama yang cukup megah. Ruang makan berada di sebelah kiri gerbang utama dengan kubah dari tembikar berglasir warna biru di atasnya.
Ruang makam terhubung dengan sebuah zawiyah, tempat di mana selalu diadakan acara zikir tarekat Qodiri dari berbagai wilayah. Sedangkan di sebelahnya terdapat masjid megah yang memiliki 2 mihrab untuk dua imam, yaitu imam bermazhab Hanafi dan imam bermazhab Safii.
Imam-imam di masjid itu adalah pemuka agama di Baghdad. Jamaah dari luar selalu berdesakan mendekati para imam sehabis salat untuk mencium tangan.
Di halaman makam ada sebuah menara jam dan kolam untuk berwudu. Di dekatnya, terdapat 2 madrasah, satu perpustakaan dan gedung bertingkat yang dijadikan sebagai asrama.
Nasab Syekh Abdul Qodir al-Jailani seolah menggambarkan betapa eratnya hubungan kakak adik, yaitu Imam Hasan dan Imam Husain, cucu Rasulullah Muhammad SAW. Silsilah ibunya bersambung hingga ke Imam Husain, sedangkan ayahnya adalah keturunan Imam Hasan.
Sebagai raja para wali, tentu Allah mengaruniainya dengan berbagai karomah. Ibnu Aal-Akhdar menjadi salah satu saksi karomah yang dianugrahkan Allah kepada Syekh Abdul Qadir Jailani, yang kemudian ia tulis dalam Kitab Jami Karomatil Auliya.
Pada suatu hari di musim dingin, ia bersama rombongan mengunjungi Syekh Abdul Qadir Jailani. Walau cuaca sangat dingin, Syekh Abdul Qadir hanya mengenakan pakaian tipis dan kopiah. Bukannya menggigil kedinginan, tapi beliau malah berkeringat hingga membasahi bajunya. Sejumlah orang mengipasnya. Keadaannya seperti di musim panas.
Syeh Abdul Qadir Jailani adalah seorang pengembara. Hampir dari setengah masa hidupnya dihabiskan dalam pengembaraan. Beliau mengaku telah mengembara ke berbagai negara selama tak kurang dari 25 tahun. Selama pengembaraannya itu, beliau hanya makan tumbuh-tumbuhan dan minum air sungai.
Beliau bahkan mampu bertahan hidup selama setahun tanpa minum setetes air pun. Dengan kata 'kun' (jadilah), beliau bisa mengubah segalanya.
"Dengan 'kun', gunung pun bisa aku belah menjadi kue, lalu aku makan. Pasir menjadi gula, aku taruh pasir itu ke dalam gelas dan kutuangkan air laut ke dalamnya, lalu aku minum. Semuanya sudah aku tinggalkan, karena malu kepada Allah."
Al-Manawi bercerita bahwa di antara karomah Syekh Abdul Qodir, salah satunya adalah ketika masih bayi, beliau tidak mau menyusu kepada ibunya di waktu siang hari setiap bulan Ramadhan. Seumur hidupnya, lalat tidak pernah menjatuhkan kotoran kepada beliau.
Satu ketika, datang seroang perempuan menyerahkan anaknya untuk belajar tarekat kepada Syekh Abdul Qodir. Tentu saja beliau menerima dengan gembira.
Beberapa bulan kemudian, si ibu datang untuk mengunjungi anaknya. Ia iba melihat kondisi anaknya yang kurus-kering, mukanya pucat karena kurang makan dan tidur. Setiap hari hanya dikasih makan sepotong roti gandum.
Tentu saja si ibu amat kasihan dan sedih melihat kondisi anaknya itu, dan segera menemui Syekh Abdul Qodir Jailani. Sang raja para wali itu terlihat sedang melahap daging ayam. Lantas si ibu berkata, "Wahai tuan, Anda makan daging ayam, sedang anakku memakan roti?"
Beliau meletakkan tangannya ke tulang-tulang ayam itu seraya berkata, "Bangkitlah dengan izin Allah!" Maka ayam itu bangkit, hidup kembali seperti sedia kala.
Setelah kejadian luar biasa itu, beliau lalu berpesan, "Bila anakmu itu sudah bisa berbuat seperti ini, maka dia boleh makan apa saja yang dia sukai."
Suatu hari, seekor burung elang terbang di atas majelis beliau. Burung itu berkicau keras sekali hingga mengganggu jamaah. Syekh Abdul Qodil lantas berkata, "Wahai angin, ambil kepala burung itu!" Maka burung itu pun jatuh ke tanah dengan kondisi kepala dan tubuhnya terpisah, masing-masing tercampak ke satu sudut yang berseberangan.
Syekh Abdul Qodir lantas turun mimbar. Mendekat dan mengambil bangkai burung tadi, menyatukannya dan mengusap-usapnya sambil mengucapkan bacaan basmallah. Seketika, elang itu hidup kembali.
Selain sejumlah karomah itu, masih banyak lagi karamah yang dianugerahkan Allah kepada beliau, sang raja para Waliyullah.
Semoga kisah nyata ini dapat menambah kecintaan kita kepada para beliau dan para wali sehingga dapat menghantarkan kita kepada syafaat Nabi Besar Muhammad SAW, serta menambah keimanan, ketakwaan, ketawakalan kita kepada Allah SWT.
Sumber: merdeka.com
Pusara beliau terletak dalam kompleks di kawasan niaga uzur Al-Rasyid, jantung Ibu Kota Baghdad, Irak. Berbentuk segi empat, kompleks itu berada di atas lahan yang cukup luas yang dikelilingi tembok-tembok berlubang setinggi 5 meter.
Ada sejumlah pintu masak, termasuk gerbang utama yang cukup megah. Ruang makan berada di sebelah kiri gerbang utama dengan kubah dari tembikar berglasir warna biru di atasnya.
Ruang makam terhubung dengan sebuah zawiyah, tempat di mana selalu diadakan acara zikir tarekat Qodiri dari berbagai wilayah. Sedangkan di sebelahnya terdapat masjid megah yang memiliki 2 mihrab untuk dua imam, yaitu imam bermazhab Hanafi dan imam bermazhab Safii.
Imam-imam di masjid itu adalah pemuka agama di Baghdad. Jamaah dari luar selalu berdesakan mendekati para imam sehabis salat untuk mencium tangan.
Di halaman makam ada sebuah menara jam dan kolam untuk berwudu. Di dekatnya, terdapat 2 madrasah, satu perpustakaan dan gedung bertingkat yang dijadikan sebagai asrama.
Nasab Syekh Abdul Qodir al-Jailani seolah menggambarkan betapa eratnya hubungan kakak adik, yaitu Imam Hasan dan Imam Husain, cucu Rasulullah Muhammad SAW. Silsilah ibunya bersambung hingga ke Imam Husain, sedangkan ayahnya adalah keturunan Imam Hasan.
Sebagai raja para wali, tentu Allah mengaruniainya dengan berbagai karomah. Ibnu Aal-Akhdar menjadi salah satu saksi karomah yang dianugrahkan Allah kepada Syekh Abdul Qadir Jailani, yang kemudian ia tulis dalam Kitab Jami Karomatil Auliya.
Pada suatu hari di musim dingin, ia bersama rombongan mengunjungi Syekh Abdul Qadir Jailani. Walau cuaca sangat dingin, Syekh Abdul Qadir hanya mengenakan pakaian tipis dan kopiah. Bukannya menggigil kedinginan, tapi beliau malah berkeringat hingga membasahi bajunya. Sejumlah orang mengipasnya. Keadaannya seperti di musim panas.
Syeh Abdul Qadir Jailani adalah seorang pengembara. Hampir dari setengah masa hidupnya dihabiskan dalam pengembaraan. Beliau mengaku telah mengembara ke berbagai negara selama tak kurang dari 25 tahun. Selama pengembaraannya itu, beliau hanya makan tumbuh-tumbuhan dan minum air sungai.
Beliau bahkan mampu bertahan hidup selama setahun tanpa minum setetes air pun. Dengan kata 'kun' (jadilah), beliau bisa mengubah segalanya.
"Dengan 'kun', gunung pun bisa aku belah menjadi kue, lalu aku makan. Pasir menjadi gula, aku taruh pasir itu ke dalam gelas dan kutuangkan air laut ke dalamnya, lalu aku minum. Semuanya sudah aku tinggalkan, karena malu kepada Allah."
Al-Manawi bercerita bahwa di antara karomah Syekh Abdul Qodir, salah satunya adalah ketika masih bayi, beliau tidak mau menyusu kepada ibunya di waktu siang hari setiap bulan Ramadhan. Seumur hidupnya, lalat tidak pernah menjatuhkan kotoran kepada beliau.
Satu ketika, datang seroang perempuan menyerahkan anaknya untuk belajar tarekat kepada Syekh Abdul Qodir. Tentu saja beliau menerima dengan gembira.
Beberapa bulan kemudian, si ibu datang untuk mengunjungi anaknya. Ia iba melihat kondisi anaknya yang kurus-kering, mukanya pucat karena kurang makan dan tidur. Setiap hari hanya dikasih makan sepotong roti gandum.
Tentu saja si ibu amat kasihan dan sedih melihat kondisi anaknya itu, dan segera menemui Syekh Abdul Qodir Jailani. Sang raja para wali itu terlihat sedang melahap daging ayam. Lantas si ibu berkata, "Wahai tuan, Anda makan daging ayam, sedang anakku memakan roti?"
Beliau meletakkan tangannya ke tulang-tulang ayam itu seraya berkata, "Bangkitlah dengan izin Allah!" Maka ayam itu bangkit, hidup kembali seperti sedia kala.
Setelah kejadian luar biasa itu, beliau lalu berpesan, "Bila anakmu itu sudah bisa berbuat seperti ini, maka dia boleh makan apa saja yang dia sukai."
Suatu hari, seekor burung elang terbang di atas majelis beliau. Burung itu berkicau keras sekali hingga mengganggu jamaah. Syekh Abdul Qodil lantas berkata, "Wahai angin, ambil kepala burung itu!" Maka burung itu pun jatuh ke tanah dengan kondisi kepala dan tubuhnya terpisah, masing-masing tercampak ke satu sudut yang berseberangan.
Syekh Abdul Qodir lantas turun mimbar. Mendekat dan mengambil bangkai burung tadi, menyatukannya dan mengusap-usapnya sambil mengucapkan bacaan basmallah. Seketika, elang itu hidup kembali.
Selain sejumlah karomah itu, masih banyak lagi karamah yang dianugerahkan Allah kepada beliau, sang raja para Waliyullah.
Semoga kisah nyata ini dapat menambah kecintaan kita kepada para beliau dan para wali sehingga dapat menghantarkan kita kepada syafaat Nabi Besar Muhammad SAW, serta menambah keimanan, ketakwaan, ketawakalan kita kepada Allah SWT.
Sumber: merdeka.com
Loading...
loading...
0 Response to "5 Karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang Menggemparkan Jagat"
Post a Comment