Dikira Gila, Ternyata Malah Wali Allah yang Numbali Wilayah Kendal


Loading...
Karena tertutup oleh nafsu dan kesenangan duniawi, kita jadi sering lupa dan sulit melihat rahasia-rahasia dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Termasuk dalam memandang seseorang.

Orang yang kita sangka baik, ternyata buruk. Atau, sebaliknya. Orang yang selama ini kita pandang sebelah mata, ternyata malah punya derajat yang tinggi di sisi Allah Azza Wa Jalla.

Sebuah kisah nyata yang disampaikan KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id, pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal ini bisa kita jadikan sebagai contohnya.


Hanya karena melihat penampilan luarnya saja, banyak orang menganggapnya sebagai orang gila. Padahal, beliau adalah Waliyullah yang sudah barang tentu memiliki kedudukan yang sangat mulia di sisi-Nya.

Kala itu, ada seseorang dari Kabupaten Kendal yang sowan (bertamu) kepada KH Abdul Hamid di Pasuruhan.  Atau, lebih akrab disapa Mbah Hamid Pasuruhan.


Diujung pertamuan itu, Mbah Hamid lantas menitipkan salamnya kepada untuk si Fulan bin Fulan. Sang tamu itu kaget dan bingung. Pasalnya, si Fulan yang dimaksud Mbah Hamid dikenal masyarakat setempat sebagai orang yang gila.

Meski gila, si Fulan yang kerap mengenakan baju lusuh berwarna hitam itu tak pernah sekali pun mengganggu orang. Dia sering terlihat di sejumlah pasar di wilayah Kendal.

Dalam hati, si tamu merasa tak habis pikir kepada Mbah Hamid. Kenapa yang disalami bukan kyai atau ulama besar di Kendal. Tapi justru si Fulan yang dianggap gila oleh banyak orang, bahkan oleh dirinya sendiri.

Lantas si tamu bertanya, "Bukankah orang tersebut adalah orang gila, kyai (Mbah Hamid, red)?"

Mbah Hamid pun buru-buru menjawab dengan nada lembut, "Bukan..."

"Beliau adalah wali besar yang menjaga Kendal. Rahmat Allah turun, bencana ditangkis, itu berkat beliau," tutur Mbah Hamid, menjelaskan.

"Sampaikan salamku, ya" tandas Mbah Hamid.

Mbah Hamid Pasuruhan

Karena mendapat perintah dari sang kyai, mau tak mau si tamu itu pun harus menyampaikannya. Sepulang dari Pasuruhan, dia buru-buru mencari orang yang dimaksud.

Ia mengarahkan pencariannya di sekitar pasar Kendal. Pasalnya, orang yang dimaksud sering terlihat di sana.

Pencariannya tak sia-sia, dia berhasil menemukan orang yang dimaksud. Namun, tidak langsung menyapa dan menyampaikan salam dari Mbah Hamid. Dia menunggu sampai kondisi pasar sepi.

Setelah waktu yang ditunggu-tunggu tiba, dia menghampiri dan menyapa, "Assamualaikum..."

Orang yang dimaksud Mbah Hamid lantas memandangnya dengan mimik muka yang menakutkan layaknya mimik muka orang gila sungguhan.

"Waalaikum salam, Ada Apa!"

Dengan badan yang agak gemetar dan rasa was-was yang menyelimuti, dia lantas menyampaikan salam dari Mbah Hamid kepada orang yang selama ini dianggapnya gila itu.

"Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruhan. Assalamualaikum...," katanya, menyampaikan pesan Mbah Hamid.

"Waalaikum salam...," jawab orang gila tadi.

Lalu menggerutu kencang sekali, "Kurang ajar si Hamid. Aku selama ini berusaha sembunyi dari manusia agar tidak dikehui manusia, kok malah dibocorkan!"

"Ya Allah, aku tidak sanggup. Kini telah ada yang tahu siapa aku."

"Aku mau pulang saja. Aku tidak sanggup hidup di dunia."

Kemudian Wali Allah yang selama ini malah dianggap sebagai orang gila itu berdoa dan mengucapkan, "Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah…,"

Usai mengucapkan dua kalimat suci itu, sang Waliyullah langsung meninggal.


Belakangan diketahui yang dimaksud bahwa si Fulan adalah Mbah Tsamud atau  Samud atau Eyang Thamud.

Yudi Prastiawan punya memori tersendiri tentang Waliyullah yang lebih dikenal masyarakat setempat ini sebagai orang gila.

Semasa Eyang Tsamud masih hidup, Yudi masih sekolah di SD Penanggulang sekitar awal tahun 80-an.

Mbah Tsamud sering tampak di beberapa pasar, antara lain, Pasar Pegandon, Cepiring, dan Kendal.

Selain di sana, Mbah Tsamud juga kerap terlihat di Pasal Mbulu dan Kayangayu, Semarang.

Ia sangat tahu sosok Mbah Tsamud karena kebetulan rumahnya dekat dengan salah satu pasar itu.

Menurutnya, beliau sering memakai pakaian serba hitam. Tapi, bajunya tidak pernah dikancingkan.

Perutnya gendut dan kepalanya gundul. Beliau juga kerap membawa teken (tongkat) dan berkalung tasbih besar.

Penampilannya jadi mirip biksu China yang biasa ada di film-film itu.

Yudi masih ingat betul peristiwa itu. Ketika Mbah Tsamud tiba, anak-anak kecil sering menyorakinya, "Tsamud teko (datang)... Tsamud teko (datang)..."

Karena sudah terlanjur dianggap gila sungguhan, orang-orang tua dulu kerap menakut-nakuti anaknya jika bandel ketika Mbah Tsamud tiba di pasar.

Setelah Mbah Tsamud tiada, kata Yudi, muncul karakter yang mirip Mbah Tsamud. Namanya, Senin.

Kabarnya, makam Mbah Tsamud diperbaiki setelah kedatangan Surya Paloh pada tahun 2014 silam.

Subhanallah... begitulah Waliyullah. Saking inginnya berasyikan-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari hal-hal keduniawian, tak ingin dialektika kemesrahannya dengan Allah diganggu oleh orang-orang ahli dunia.

Mereka bersembunyi dengan cara mereka masing-masing.

Setelah ini, semoga kita selalu dijauhkan dari buruk sangka atau suka memandang remeh kepada siapa saja.

Semoga dibukakan segala hijab yang menutupi hati kita, sehingga kita tahu rahasia-rahasia Allah yang penuh hikmah.

Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang beriman dan bertakwa dengan penuh penyerahan diri hanya kepada-Nya. Aamiin.

Sumber: NU.or.id, DutaIslam.com
Loading...

loading...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Dikira Gila, Ternyata Malah Wali Allah yang Numbali Wilayah Kendal"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel